Gaya Bicara Yang Harus Dihindari Orang Tua

15 comments
Assalamualaikum,

Beberapa waktu lalu, saya kaget, haru dan sedih ketika neng Marwah bertanya : 

"ibu, sayangkah padaku?"

Saya langsung menjawabnya " Iya dong nak, ibu sayang banget sama ade"

Neng Marwah masih menatap saya 

" Ibu ga suka ya sama anak yang nakal?" 

Saya langsung terhenyak dan menatap bidadari kecil yang sedang berdiri persis didepan saya. 

" emang kenapa nak?"

neng Marwah memeluk saya " Aku anak nakal kan bu?" 

Air matanya seakan berdesakan ingin keluar dari kedua mata mungilnya. 

" Siapa nak yang bilang ade nakal?" Saya bertanya. 

" Ibu, kan ibu suka marah sama aku, jadi aku nakal kan? maafin aku ya bu"



Aaaah, saya langsung memeluk Neng Marwah. Hati saya luluh lantah, ada semacam pedih dan sedih yang bercampur aduk dalam dada. Air mata berdesakan, mata saya perih sekali menahan air mata. Yaa Rabb, hati anak saya masih luka, hatinya terluka karena perkataan saya beberapa waktu lalu. Iya saya pernah membentaknya, saya pernah bilang " Jangan rewel nak, jangan nakal, jangan bikin ibu kesel" . 

Dan pernyataan saya itu ternyata melukai hati anak perempuan saya, ya Rabb betapa jahatnya saya sebagai seorang ibu yang tega melukai anaknya sendiri, neng maafin ibu ya nak. Duh betapa khilafnya saya ketika sedang marah dan mengutarakan sesuatu pada anak, gaya bicara salah satu yang mempengaruhi juga. 



Gaya bicara orang tua pada anak pun harus diperhatikan. Jangan sampai anak merasa dilukai hatinya oleh gaya bicara kita sebagai orang tuanya, saya pernah ikut seminar ibu Elly Risman, beliau mengatakan ada beberapa gaya bicara yang harus dihindari orang tua sejak sekarang, diantaranya adalah : 

  • memerintah
  • mengancam
  • menginterogasi
  • menceramahi
  • melabeli 
  • membandingkan
  • menghakimi
  • menyalahkan
  • mendiagnosa
  • menyindir
  • menyuap
  • memberi solusi tidak pada tempatnya
  • menyuap
  • membohongi

Ibu Elly Risman juga mengatakan bahwa dengan mengubah cara bicara orang tua manfaatnya itu akan terasa langsung. Anak pun akan memberikan respon positif, anak akan menjadi lebih nurut dan insya allah masalah akan segera teratasi. Ya, namanya juga lagi emosi kadang kita diluar kendali, iya kan? Dengan mulai merubah gaya bicara maka orang tua akan lebih tenang dalam menghadapi anak dan ga akan buang tenaga karena kebanyakan ngomel. Duh, sungguh saya merasa tertampar sekali , semoga saya bisa konsisten merubah gaya bicara supaya tidak menaruh luka di hati neng Marwah lagi, aamiin. 

MEMERINTAH 

Lah kenapa ga boleh memerintah anak? 

Tidak boleh memerintah anak apalagi kalau disertai bentakan, karena anak bakalan menjadi pasif, anak tidak akan menjadi mandiri, anak tidak akan memiliki inisiatif dan kreatif, jadi sebagai ibu bakalan capek deh nyuruh anak terus tetapi anaknya slow respon. 

Saya mulai deh memulai dengan tidak memerintah neng Marwah lagi. Yang biasanya saya " Neng sholat!" perlahan saya mencoba dengan mengajaknya " Neng, sholat yuk" sambil saya pun bergegas sholat. Saya biasanya memerintah neng Marwah sholat sementara saya sambil mengerjakan pekerjaan lain, ini salah karena anak akan nurut kalau diberikan contoh. 



Lama kelamaan anak akan terbiasa jadi kita ga bakalan lagi susah nyuruh anak melakukan sesuatu. Seperti biasanya setiap malam saya harus memerintah neng untuk membereskan buku pelajaran untuk esok hari, namun karena setiap malam saya dengan kesabaran ekstra saya menemaninya membereskan buku, lama kelamaan neng pun terbiasa melakukannya meski tanpa saya temani. Memang harus perlahan namun hasilnya cukup baik. 

MENGANCAM 

Andalan saya ketika neng Marwah lagi tidak mau atau tidak bersemangat melakukan sesuatu ya dengan mengancam,memang sih jitu. Setelah mengancam, anak langsung mau melakukan sesuatu. Misalnya ketika neng gak mau makan saya ancam “ ayo makan dulu, kalau gak habis makannya nanti ibunya pergi!”. Ancaman yang terlihat sederhana ini ternyata akan memberikan imbas kurang baik sama anak. Anak nurut sih memang, tapi nurut karena takut.

Memberikan ancaman pada anak boleh sih memang, tapi dilihat dulu kondisinya. Menurut saya mengancam pada anak jika untuk kebaikan kenapa tidak, misalnya ketika anak disuruh sholat dan ia merengek tidak mau maka mengancam dengan memberikan penjelasan pada anak akan siksa orang yang tidak sholat, sih sah – sah saja.

MENGINTEROGASI

Gaya bicara dengan nada bak orang sedang menginterogasi ini biasanya ditujukan pada anak pra remaja, nah anak pada umur pra remaja jika ditanya dengan gaya interogasi ini bukannya nurut dan taat malah anak semakin menjauh.



MENCERAMAHI

Kalau menceramahi saya sih sudah niat dalam hati sejak hamil, saya ga akan menceramahi anak karena saya dulu merasakan kalau diceramahi orang tua itu b̻te dan kesal. Hmm memang sih tujuan orang tua itu baik, tapi kalau menceramahi anak Рanak usia 9 tahun ya pasti anggapan anak, orang tuanya cerewet dan saya gak mau dibilang cerewet sama neng Marwah meski kadang suka cerewet juga haha.

Saya belajar mengajak neng Marwah untuk berdiskusi jika ia melakukan suatu kesalahan, dengan suasana yang sesantai mungkin. Dengan demikian anak yang tadinya gak mau cerita jadi cerita panjang lebar deh.





MELABELI

Ini sepertinya sudah menjadi kesalahan saya, hiks. Saya pernah beberapa kali meski ga sering bilang “ Ah ibu capek deh kalau ade nya nakal terus” atau saya bilang “ jangan rewel, jangan nakal dong, ibunya capek”. Dan ternyata ini secara tidak langsung saya melabeli anak nakal dan rewel, hiks. Memberikan label atau cap pada anak ya perlahan akan membentuk citra diri anak, anak akan merasa nakal dan rewel jika terus menerus dilabeli begitu, duh ini kesalahan terbesar saya, Maafin ibu ya nak.

Memberikan ucapan yang baik pada anak seharusnya saya lakukan untuk memberikan citra positif pada anak, memuji anak juga bukan kesalahan kok selama memuji anaknya tidak berlebihan. Semoga saya bisa belajar menjadi ibu yang disukai neng Marwah. Aamiin.


MEMBANDINGKAN

Saya sebagai seorang anak paling tidak suka jika dibandingkan dengan orang lain oleh mamah atau bapak. Saya pun paham pasti neng Marwah ga akan suka jika saya bandingkan dengan teman – teman atau saudaranya. Makanya saya sangat menghindari untuk membandingkan neng Marwah, karena untuk saya dia sangat special,I love her too much.

MENGHAKIMI

Dulu ketika saya kecil dan berantem dengan adik, mamah pasti bilang saya yang salah karena saya sebagai anak paling besar, padahal kan belum tentu kebenarannya. Ya karena saya selalu salah jadilah saya selalu merasa dihakimi. Meski saya benar saya ga pernah mau mengatakan saya benar, karena sudah terbiasa dihakimi.

Saya sadar benar tujuan mamah mungkin supaya saya mengalah pada kedua adik saya namun dengan begini saya malah merasa sakit hati karena selalu merasa dituduh padahal saya ga salah, pernah malahan terlintas dalam benak apakah mamah sayang sama saya atau tidak, aah mungkin itu perasaan saya pas kecil aja kali yah. Jadi sejak saya merasakan sendiri, saya meminimalisasikan untuk menghakimi neng Marwah. Jika neng Marwah melakukan sesuatu kesalahan saya dan suami akan mendengarkan pembelaannya dulu dan kemudian menanyakan kronologisnya dengan detail. Jadi ketika anak menyampaikan argument orang tua harus mendengarkan dengan baik jangan sampai anak serasa dihakimi atau disalahkan.

MENYALAHKAN

Sering banget deh kayaknya seorang ibu melakukan ini, menyalahkan anaknya. “ tuh kan kotor bajunya, makanya jangan mainin itu dong” secara ga langsung itu nyalahin anak, iya kan?

Apalagi kalau nyalahin anak plus omelan, duh akhirnya bakalan melabeli anak deh. Jadi antara gaya bicara satu dan yang lainnya saling memiliki keterkaitan deh kalau saya bisa simpulkan. Kan gaya bicara ini adalah komunikasi antara orang tua dengan anaknya ya, jadi jika memang sering menyalahkan otomatis akan menghakimi dan memberikan label pada anak, ada kan keterkaitan dengan gaya bicara lainnya?

Intinya ada pada lidah alias lisan kali yah, karena kepeleset lidah dikit aja berabe deh urusannya.

Untuk gaya bicara lain seperti mendiagnosa, menyindir dan memberi solusi berlebihan atau tidak tepat juga bisa membuat anak minder. Seperti menyindir, anak akan merasa sakit hati loh jika disindir oleh ibu. Gaya bicara menyuap juga kayaknya kerap dilakukan, saya sering mengimingi Marwah beli buku baru kalau hapalannya bagus atau kalau ulangannya baik, padahal itu sama aja dengan nyuap ya, duh masa iya dari kecil anak diajarn nyuap ya.

Berbohong juga kadang tanpa disadari menjadi andalan , ketika anak minta jajan dikatakan ga punya uang padahal uangnya ada, bohong kan? Terus kalau anak gak mau makan, dibohongi lah tar ditangkep polisi dan kebohongan kecil lainnya, hmmm.

Itulah, saya kadang merasa udah deh Tian stop berharap menjadi ibu sempurna, jadilah ibu yang memang dibutuhkan dan diinginkan anak – anak. Jadilah ibu yang bisa dijadikan teman oleh anak dan bisa membantu memecahkan masalah anak. Aamiin. 





With love,

Wassalam


Tian Lustiana 




Tian Lustiana
Tian Lustiana is a ordinary people with extraordinary dreams.

Related Posts

15 comments

  1. Menjadi sempurna dalam ketidaksempurnaan ya, Teh :)

    ReplyDelete
  2. Ya Allah Teh, self reminder banget, Neng Marwah udah gede, anak aku masih bayi jadi harus banyak belajar huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya karena orang tua memang harus selalu belajar teh Sandra

      Delete
  3. Duh.... aku banyak salah, huaaaa! Ada banyak poin yg masih aku lakuin, huaaaa!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saaamaaaa, huhuhu tapi ga ada kata terlambat kan teh, jadi masih bisa dirubah dan diperbaiki

      Delete
  4. Aku merembes ini baca paragraf awal. Huhuhu. Sholehah selalu ya neng Marwah sayang.

    Luar biasa sharingnya bisa jadi pengingat buat para orang tua. Nuhun ya, Teh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama aku pun langsung ta kuasa menahan air mata pas neng Marwah bilang gitu huhuhu, sama - sama teh Zia

      Delete
  5. Huhu, ini mah teguran buat saya. Say masih pake beberapa gaya bicara di atas. Padahal udah punya 4 anak, tapi masih susah buat kontrol dan nahan hal-hal kayak gitu. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama teh, hiks. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang terbaik untuk anak - anak yaa, aamiin

      Delete
  6. Orang tuaku sering banget nyindir, melabeli, aku inilah itulah, Hemmm semoga nggak terjadi lagi. Sakam #DuniaFaisol

    ReplyDelete
  7. saya lagi belajar terus nih mak untuk memperbaiki cara bicara saya ke malika.. duhh nuhunnnn pisan diingetin terus lewat blognya mak tian

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami - sami teh, mari kita saling mengingatkan

      Delete
  8. Menjadi sempurna dalam ketidak sempurnaan...

    ReplyDelete

Post a Comment