Perubahan Emosi Anak

13 comments
Sudah hampir tiga bulan nih Marwah menjadi murid kelas satu SD. Banyak sekali perubahan yang terjadi pada Marwah. Dari perubahan fisik, yang dulu nampak chubby sekarang agak tirus, mungkin kecapean juga kali yah. Tapi bagus sih jadi ga gendut, hehe. Perubahan lainnya adalah Marwah sekarang jadi lebih senang bersenandung doa- doa sholat dan menghapal surat - surat pendek, alhamdulillah senang rasanya. Namun ada perubahan yang membuat saya sedih sekali, memang sih tidak selamanya anak itu harus menjadi anak manis dan penurut, akhir - akhir ini Marwah sering membantah, jujur saya kaget menghadapinya. Kok, rasanya saya berasa sedih tiada berujung gitu deh mendapati Marwah yang sekarang jadi seperti ini. 

Namun, sebagai orang tua tentu saya tidak diam saja dan terus bersedih dong. Untuk usia Marwah memang termasuk usia yang rentang dengan kejutan - kejutan. Pokoknya dari usia 7 - 12 tahun inilah saat dimana anak menjadi "tidak lagi manis". Namun untuk kisaran pasti usianya sih setiap anak pasti beda, bahkan ada juga mungkin anak yang selalu manis, entah. 
Perubahan Emosi Anak

Dimasa usia ini, anak mengalami fase peralihan fisik dan emosi. Biasanya pada usia 7 - 12 tahun ini anak ingin menunjukkan identitas pribadi sedangkan orientasi dirinya justru perlahan melebur dan tergeserkan. Mungkin sebenarnya Marwah membantah itu sebagai unjuk diri kali yah, namun kadang saya nya aja yang kurang paham.

Membantah sebagai protes

Sikap membantah Marwah muncul diusia 7 tahun, mungkin saya terlalu over protective kali yah sama dia. Sedangkan usia Marwah saat ini bukanlah usia balita, usia Marwah adalah usia yang tidak terlalu suka perlindungan yang mengekang. Marwah kini memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, sehingga jika terlalu saya kekang ia justru membantah. Marwah membantah jika ia terlalu saya batasi. Kadang dia memberontak, menolak atau emang saya yang terlalu berlebihan kali yah menyebutkan dengan kata membantah. 

Marwah mungkin protes karena saya sebagai ibu yang cukup sibuk juga, dan mungkin kurang memperhatikan. Namun semampu saya, sebisa saya, selalu menyempatkan diri untuk selalu memperhatikan dan melakukan bonding sama Marwah. Saking sayangnya, saya terlalu over protective dan mungkin ini salah satu hal yang tidak Marwah sukai, hiiks. Sebenarnya simple banget sih anak itu, dia hanya inginkan kenyamanan dan keamanan saja, enggak lebih. Oke saya catet deh. 

Pada usia Marwah saat ini, perhatian yang berlebihan pun dirasa kurang baik. Jadi memang harus pas sesuai dengan porsinya agar Marwah engga merasa tertekan jika saya beri perhatian lebih. Tapi bingung juga, masa iya harus serba boleh sama anak. Kan enggak gitu juga, aaaah. 

Tarik Ulur

Jika merasa beda pendapat, ia selalu memberikan pendapatnya sendiri dan saya selalu mengartikannya dengan membantah, padahal ia kan hanya berpendapat. Duh kenapa pemikiran saya kadang suka error yah. Disaat pendapat saya dan Marwah tidak sejalan dan Marwah tidak setuju dengan pendapat saya, dengan gampangnya saya menyebut Marwah membantah, hiks. 

Seharusnya saya ajak Marwah berdiskusi dan kompromi agar perbedaan pendapat antara saya dan Marwah bisa dijembatani dan enggak berenang dalam lautan saling membantah dong yah. Harusnya saya mencari jalan tengah, bukan dengan serta merta menjugde Marwah. 

Akhirnya saya mengubah pola asuh. Pola asuh yang saya terapkan sebenarnya demokratis sekali, semua saya tarik ulur sesuai dengan porsinya. Dengan begitu saya mulai belajar mendengarkan pendapat Marwah dan semua idenya, namun tetap saya batasi. Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. 

Ketika Marwah inginkan les futsal, namun saya keukeuh inginkan dia les nari. Saya coba narik nafas dong disaat dia bersikeras inginkan les futsal, huh narik nafas dalaem banget. Kemudian saya berdua ngobrol dan sepakat bahwa futsal tidak bagus untuk anak perempuan, dan akhirnya Marwah mau les nari asalkan sesekali boleh ikut bermain futsal kalau istirahat, hohoh baiklah tapi sesekali yah. 

Saya harap dengan cara ini, Marwah bisa yakin bahwa saya sebagai ibu hanya inginkan memberikan yang terbaik. Dengan memberinya kepercayaan dan ingin agar dia bisa menjaga tanggung jawab.

Ah, waktu memang cepat sekali berlalu. 










Tian Lustiana
Tian Lustiana is a ordinary people with extraordinary dreams.

Related Posts

13 comments

  1. wah.. kalau sudah SD begini toh ya mbak.. tapi selama komunikasi lancar, semua bisa diselesaikan dengan baik ya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya setiap naik level usia anak, emosinya pasti berubah. Duh. Bener mak yang penting komunikasi dengan anak dijaga aja, dan semuanya akan baik2 saja :)

      Delete
  2. Memiliki anak ada keseruannya masing masing, seorang temen dulu berdoa agar diberi anak pintar dan cerdas, begitu anaknya akhirnya cerdas dan pintar dan sering tanya ini itu setresslah ibunya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheeheh :D jadi ibunya harus lebih cerdas yah

      Delete
  3. Iya sekarang agak tirus tapi malah makin ayu kk Marwah :*

    ReplyDelete
  4. suka gimana gitu ya mak kalau anak keliatan membantah..
    bisa jadi bekal nih kalau nanti intan udah masuk usia 7tahun..hehehe

    ReplyDelete
  5. duh ini ya, saya mah gak sabaran ngurus anak teh, yang. suami saya lebih bagus ngurusnya. watir heuheuheuheu. cuma kalo diperhatiin kadang2 kelakuan anak = kelakuan orang tuanya juga. mungkin di waktu tertentu si orang tua membantah perkataan suami/istri di depan anaknya. anaknya niru2. ya meureun ketang :D

    ReplyDelete
  6. iya ya waktu cepet banget berlalu...anak2 makin gede, emaknya makin tua :(

    ReplyDelete
  7. Jadi ibu emang susah-susah gampang ya, tp yg penting memang komunikasi yang baik, dan itu yg saya rasa agak susah terutama menghadapi anak dgn beragam karakter, ga bisa sama cara berkomunikasinya :) Tiap anak memang unik....:)

    ReplyDelete

Post a Comment