Assalamualaikum,
Beberapa waktu lalu, saya kaget,
haru dan sedih ketika neng Marwah bertanya :
"ibu, sayangkah padaku?"
Saya langsung menjawabnya " Iya
dong nak, ibu sayang banget sama ade"
Neng Marwah masih menatap saya
" Ibu ga suka ya sama anak yang
nakal?"
Saya langsung terhenyak dan menatap
bidadari kecil yang sedang berdiri persis didepan saya.
" emang kenapa nak?"
neng Marwah memeluk saya " Aku
anak nakal kan bu?"
Air matanya seakan berdesakan ingin
keluar dari kedua mata mungilnya.
" Siapa nak yang bilang ade
nakal?" Saya bertanya.
" Ibu, kan ibu suka marah sama
aku, jadi aku nakal kan? maafin aku ya bu"
Aaaah, saya langsung memeluk Neng
Marwah. Hati saya luluh lantah, ada semacam pedih dan sedih yang bercampur aduk
dalam dada. Air mata berdesakan, mata saya perih sekali menahan air mata. Yaa
Rabb, hati anak saya masih luka, hatinya terluka karena perkataan saya beberapa
waktu lalu. Iya saya pernah membentaknya, saya pernah bilang " Jangan
rewel nak, jangan nakal, jangan bikin ibu kesel" .
Dan pernyataan saya itu ternyata melukai hati anak perempuan saya, ya Rabb betapa jahatnya saya sebagai seorang ibu yang tega melukai anaknya sendiri, neng maafin ibu ya nak. Duh betapa khilafnya saya ketika sedang marah dan mengutarakan sesuatu pada anak, gaya bicara salah satu yang mempengaruhi juga.
Gaya bicara orang tua pada anak pun
harus diperhatikan. Jangan sampai anak merasa dilukai hatinya oleh gaya bicara
kita sebagai orang tuanya, saya pernah ikut seminar ibu Elly Risman, beliau
mengatakan ada beberapa gaya bicara yang harus dihindari orang tua sejak
sekarang, diantaranya adalah :
- memerintah
- mengancam
- menginterogasi
- menceramahi
- melabeli
- membandingkan
- menghakimi
- menyalahkan
- mendiagnosa
- menyindir
- menyuap
- memberi solusi tidak pada tempatnya
- menyuap
- membohongi
Ibu Elly Risman juga mengatakan
bahwa dengan mengubah cara bicara orang tua manfaatnya itu akan terasa
langsung. Anak pun akan memberikan respon positif, anak akan menjadi lebih
nurut dan insya allah masalah akan segera teratasi. Ya, namanya juga lagi emosi
kadang kita diluar kendali, iya kan? Dengan mulai merubah gaya bicara maka
orang tua akan lebih tenang dalam menghadapi anak dan ga akan buang tenaga
karena kebanyakan ngomel. Duh, sungguh saya merasa tertampar sekali , semoga
saya bisa konsisten merubah gaya bicara supaya tidak menaruh luka di hati neng
Marwah lagi, aamiin.
MEMERINTAH
Lah kenapa ga boleh memerintah
anak?
Tidak boleh memerintah anak apalagi
kalau disertai bentakan, karena anak bakalan menjadi pasif, anak tidak akan
menjadi mandiri, anak tidak akan memiliki inisiatif dan kreatif, jadi sebagai
ibu bakalan capek deh nyuruh anak terus tetapi anaknya slow respon.
Saya mulai deh memulai dengan tidak
memerintah neng Marwah lagi. Yang biasanya saya " Neng sholat!"
perlahan saya mencoba dengan mengajaknya " Neng, sholat yuk" sambil
saya pun bergegas sholat. Saya biasanya memerintah neng Marwah sholat sementara
saya sambil mengerjakan pekerjaan lain, ini salah karena anak akan nurut kalau
diberikan contoh.
Lama kelamaan anak akan terbiasa
jadi kita ga bakalan lagi susah nyuruh anak melakukan sesuatu. Seperti biasanya
setiap malam saya harus memerintah neng untuk membereskan buku pelajaran untuk
esok hari, namun karena setiap malam saya dengan kesabaran ekstra saya
menemaninya membereskan buku, lama kelamaan neng pun terbiasa melakukannya
meski tanpa saya temani. Memang harus perlahan namun hasilnya cukup baik.
MENGANCAM
Andalan saya ketika neng Marwah
lagi tidak mau atau tidak bersemangat melakukan sesuatu ya dengan
mengancam,memang sih jitu. Setelah mengancam, anak langsung mau melakukan
sesuatu. Misalnya ketika neng gak mau makan saya ancam “ ayo makan dulu, kalau
gak habis makannya nanti ibunya pergi!”. Ancaman yang terlihat sederhana ini
ternyata akan memberikan imbas kurang baik sama anak. Anak nurut sih memang,
tapi nurut karena takut.
Memberikan ancaman pada anak boleh
sih memang, tapi dilihat dulu kondisinya. Menurut saya mengancam pada anak jika
untuk kebaikan kenapa tidak, misalnya ketika anak disuruh sholat dan ia
merengek tidak mau maka mengancam dengan memberikan penjelasan pada anak akan
siksa orang yang tidak sholat, sih sah – sah saja.
MENGINTEROGASI
Gaya bicara dengan nada bak orang
sedang menginterogasi ini biasanya ditujukan pada anak pra remaja, nah anak
pada umur pra remaja jika ditanya dengan gaya interogasi ini bukannya nurut dan
taat malah anak semakin menjauh.
MENCERAMAHI
Kalau menceramahi saya sih sudah
niat dalam hati sejak hamil, saya ga akan menceramahi anak karena saya dulu
merasakan kalau diceramahi orang tua itu bête dan kesal. Hmm memang sih tujuan
orang tua itu baik, tapi kalau menceramahi anak – anak usia 9 tahun ya pasti
anggapan anak, orang tuanya cerewet dan saya gak mau dibilang cerewet sama neng
Marwah meski kadang suka cerewet juga haha.
Saya belajar mengajak neng Marwah
untuk berdiskusi jika ia melakukan suatu kesalahan, dengan suasana yang
sesantai mungkin. Dengan demikian anak yang tadinya gak mau cerita jadi cerita
panjang lebar deh.
MELABELI
Ini sepertinya sudah menjadi
kesalahan saya, hiks. Saya pernah beberapa kali meski ga sering bilang “ Ah ibu
capek deh kalau ade nya nakal terus” atau saya bilang “ jangan rewel, jangan
nakal dong, ibunya capek”. Dan ternyata ini secara tidak langsung saya melabeli
anak nakal dan rewel, hiks. Memberikan label atau cap pada anak ya perlahan
akan membentuk citra diri anak, anak akan merasa nakal dan rewel jika terus
menerus dilabeli begitu, duh ini kesalahan terbesar saya, Maafin ibu ya nak.
Memberikan ucapan yang baik pada
anak seharusnya saya lakukan untuk memberikan citra positif pada anak, memuji
anak juga bukan kesalahan kok selama memuji anaknya tidak berlebihan. Semoga saya
bisa belajar menjadi ibu yang disukai neng Marwah. Aamiin.
MEMBANDINGKAN
Saya sebagai seorang anak paling
tidak suka jika dibandingkan dengan orang lain oleh mamah atau bapak. Saya pun
paham pasti neng Marwah ga akan suka jika saya bandingkan dengan teman – teman
atau saudaranya. Makanya saya sangat menghindari untuk membandingkan neng
Marwah, karena untuk saya dia sangat special,I love her too much.
MENGHAKIMI
Dulu ketika saya kecil dan berantem
dengan adik, mamah pasti bilang saya yang salah karena saya sebagai anak paling
besar, padahal kan belum tentu kebenarannya. Ya karena saya selalu salah
jadilah saya selalu merasa dihakimi. Meski saya benar saya ga pernah mau
mengatakan saya benar, karena sudah terbiasa dihakimi.
Saya sadar benar tujuan
mamah mungkin supaya saya mengalah pada kedua adik saya namun dengan begini
saya malah merasa sakit hati karena selalu merasa dituduh padahal saya ga
salah, pernah malahan terlintas dalam benak apakah mamah sayang sama saya atau
tidak, aah mungkin itu perasaan saya pas kecil aja kali yah. Jadi sejak saya
merasakan sendiri, saya meminimalisasikan untuk menghakimi neng Marwah. Jika neng
Marwah melakukan sesuatu kesalahan saya dan suami akan mendengarkan
pembelaannya dulu dan kemudian menanyakan kronologisnya dengan detail. Jadi ketika
anak menyampaikan argument orang tua harus mendengarkan dengan baik jangan
sampai anak serasa dihakimi atau disalahkan.
MENYALAHKAN
Sering banget deh kayaknya seorang
ibu melakukan ini, menyalahkan anaknya. “ tuh kan kotor bajunya, makanya jangan
mainin itu dong” secara ga langsung itu nyalahin anak, iya kan?
Apalagi kalau nyalahin anak plus
omelan, duh akhirnya bakalan melabeli anak deh. Jadi antara gaya bicara satu
dan yang lainnya saling memiliki keterkaitan deh kalau saya bisa simpulkan. Kan
gaya bicara ini adalah komunikasi antara orang tua dengan anaknya ya, jadi jika
memang sering menyalahkan otomatis akan menghakimi dan memberikan label pada
anak, ada kan keterkaitan dengan gaya bicara lainnya?
Intinya ada pada lidah alias lisan
kali yah, karena kepeleset lidah dikit aja berabe deh urusannya.
Untuk gaya bicara lain seperti
mendiagnosa, menyindir dan memberi solusi berlebihan atau tidak tepat juga bisa
membuat anak minder. Seperti menyindir, anak akan merasa sakit hati loh jika
disindir oleh ibu. Gaya bicara menyuap juga kayaknya kerap dilakukan, saya
sering mengimingi Marwah beli buku baru kalau hapalannya bagus atau kalau
ulangannya baik, padahal itu sama aja dengan nyuap ya, duh masa iya dari kecil
anak diajarn nyuap ya.
Berbohong juga kadang tanpa disadari
menjadi andalan , ketika anak minta jajan dikatakan ga punya uang padahal
uangnya ada, bohong kan? Terus kalau anak gak mau makan, dibohongi lah tar
ditangkep polisi dan kebohongan kecil lainnya, hmmm.
Itulah, saya kadang merasa udah deh
Tian stop berharap menjadi ibu sempurna, jadilah ibu yang memang dibutuhkan dan
diinginkan anak – anak. Jadilah ibu yang bisa dijadikan teman oleh anak dan
bisa membantu memecahkan masalah anak. Aamiin.
With love,
Wassalam
Tian Lustiana
15 Comments
Menjadi sempurna dalam ketidaksempurnaan ya, Teh :)
ReplyDeleteBener sekali teh
DeleteYa Allah Teh, self reminder banget, Neng Marwah udah gede, anak aku masih bayi jadi harus banyak belajar huhu
ReplyDeleteIya karena orang tua memang harus selalu belajar teh Sandra
DeleteDuh.... aku banyak salah, huaaaa! Ada banyak poin yg masih aku lakuin, huaaaa!
ReplyDeleteSaaamaaaa, huhuhu tapi ga ada kata terlambat kan teh, jadi masih bisa dirubah dan diperbaiki
DeleteAku merembes ini baca paragraf awal. Huhuhu. Sholehah selalu ya neng Marwah sayang.
ReplyDeleteLuar biasa sharingnya bisa jadi pengingat buat para orang tua. Nuhun ya, Teh.
Sama aku pun langsung ta kuasa menahan air mata pas neng Marwah bilang gitu huhuhu, sama - sama teh Zia
DeleteHuhu, ini mah teguran buat saya. Say masih pake beberapa gaya bicara di atas. Padahal udah punya 4 anak, tapi masih susah buat kontrol dan nahan hal-hal kayak gitu. :(
ReplyDeleteSama teh, hiks. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang terbaik untuk anak - anak yaa, aamiin
DeleteOrang tuaku sering banget nyindir, melabeli, aku inilah itulah, Hemmm semoga nggak terjadi lagi. Sakam #DuniaFaisol
ReplyDeleteaamiin,
Deletesaya lagi belajar terus nih mak untuk memperbaiki cara bicara saya ke malika.. duhh nuhunnnn pisan diingetin terus lewat blognya mak tian
ReplyDeleteSami - sami teh, mari kita saling mengingatkan
DeleteMenjadi sempurna dalam ketidak sempurnaan...
ReplyDeleteTerimakasih telah berkunjung, berikan komentar yuk. Eh tapi saya mohon jangan masukkan link hidup yah, atau saya delete :)