Bismillah,
Neng Marwah sudah memasuki usia 11 tahun. Masa dimana dia sedang dalam fase segala ingin tau, perubahan dari masa kanak - kanak ke masa remaja. Saya jadinya mulai mikir nih, apa saja yang harus saya pelajari untuk mempersiapkan bekal neng Marwah. Jujur, banyak sekali ketakutan dalam diri saya ketika usia anak terus bertambah, artinya tanggung jawab saya semakin besar.
Apalagi zaman sekarang, banyak sekali kejadian yang aneh, duh miris sekali. Perilaku anak - anak sekarang tuh menurut saya memprihatinkan, terlebih masalah sopan santun kepada orang yang lebih tua. Dan perilaku yang kurang baik lainnya, saya malah semakin menjadi - jadi ketakutannya nih.
Diajak ngobrol sambil makan, ketika pulang sekolah moodnya kurang baik. Saya sempatkan ijin pulang cepet dari kantor. |
Melihat dan menelaah itu saya jadi mikir, bahwa menurut saya pribadi nih anak - anak sejak kecil harus dibekali dan berikan pelajaran tentang prinsip dasar hidup yakni agama. Agama adalah pegangan yang paling benar dan jelas, untuk anak, orang tua dan kita semua. Dan pegangan ini harus jelas, jadi anak dan orang tua referensinya sama, kalau beda ya bingung jadinya.
Informasi dari luar tuh ga bisa kita bendung loh, ga bisa juga saya batasi anak saya buat ga nerima informasi dari luar. Yang bisa kita lakukan sebagai orang tua apa coba? cuman bisa filter informasi saja namun kadang kalau anaknya ga mau curhat or terbuka ya susah juga sih. Tapi alhamdulillah sejauh ini neng Marwah masih mau curhat dan terbuka sama saya tentang informasi yang dia rasa kurang baik, dia selalu cerita. Saya harap sih seterusnya neng Marwah mau cerita sama ibu yah nak, jadikan ibu teman curhat mu, sekarang dan selamanya. Aamiin.
Quality time jalan - jalan ke KL |
Saya mulai belajar untuk berdiri sejajar dengan neng Marwah ketika ia curhat, ketika kami berkomunikasi. Saya harus belajar mempresentasikan diri sebagai anak usia 11 tahun juga supaya neng Marwah nyaman bercerita dengan saya, ini perlu niat dan tekad yang kuat soalnya kadang emosi dan egois saya sebagai seorang ibu suka tiba - tiba hadir, dan saya harus berusaha menaha itu semua. Demi kenyamanan anak. Intinya saya ga mau menjadi ibu yang kaku, tapi kadang memang sulit. Tapi saya harus bisa, demi anak.
Apalagi nih, karakter neng Marwah tuh sensitif, tapi sebenernya dia tuh playful tapi ya itu kadang dia pun mood swing, yang mana sering bikin saya naik darah, haha. Dan ini sangat menguji kesabaran saya, ya Allah berikan saya kesabaran berlebih, aamiin.
Jadi, berkomunikasi dengan anak seusia neng Marwah itu yang paling penting adalah saya sebagai seorang ibu harus bisa menempatkan diri sebagai sahabatnya, jadi neng Marwah merasa nyaman buat nanya, buat cerita dan berbagi pendapatnya. Jadi saya ingin dalam usia neng Marwah ini dia sudah bisa melakukan komunikasi dua arah. Dan bisa menyampaikan perasaannya, mana yang ia suka dan mana yang tidak ia suka.
Quality time berdua. |
Semoga saya selalu diberikan kesabaran lebih untuk menemani dan menghadapi anak, aamiin.
Yang punya pengalaman serupa yuk sharing.
With love,
24 Comments
Saling cerita sama anak sedari dini ya, biar menguatkan bonding dan anak juga percaya ke kita, ibunya. Setuju mba, dasar agama perlu diterapkan ke anak sedari dini juga
ReplyDeleteIya bener, jadi anak percaya sama ibunya itu yang paling penting yah.
DeleteSeruuu yaaa punya anak cewek :) APalagi mamahnya kecee jadi kayak adek kakak :)
ReplyDeleteMemang ortu jaman now kudu bisa berperan sebagai sahabat untuk sang buah hati yaaa
Iyees bneer banget Tiaan, akupun melakukan hal yang sama untuk menjadikannya sahabat dan teman ngopi bareng saling sharing. Ah..Neng udah gede aja lagii yaaa..
ReplyDeleteHai Marwah. Lama ga ketemu. Ih udah mau jadi abg aja. Semoga jadi anak yang soleh dan ga bikin ibu sering-sering naik darah ya hehehe
ReplyDeleteAnakku gadisku 10 tahun mbak, dan bener emang harus sabar dan mengosongkan pikiran kalau lagi dengerin dia cerita. Menahan diri untuk nggak bilang "halah gitu aja kok.... Pokoknya kalau mama bilang...."
ReplyDeleteApalagi di era digital begini kalau anak gak terbuka malah sayanya yang ngeri. Khawatir mereka kebablasan dapat informasi dan salah mengolahnya
ReplyDeleteAku usia segitu gak terlalu dekat dengan Ibuku. Apa-apa dipendam sendiri. Semoga nanti kalau punya anak lebih bisa dekat dengan mereka. Masa itu tuh penting banget dapat pendampingan
ReplyDeleteAku usia segitu gak terlalu dekat dengan Ibuku. Apa-apa dipendam sendiri. Semoga nanti kalau punya anak lebih bisa dekat dengan mereka. Masa itu tuh penting banget dapat pendampingan
ReplyDeleteSetuju mbak, sebagai orangtua sebisa mungkin kita jangan post power banget ya ke anak.. apalagi anak udah beranjak gede jadikan dia sahabat kita biar dia lebih terbuka
ReplyDeleteAduh komunikasi ama anak mulai gede itu susah ya mba. Aku juga dari sekarang belajar jadi pendengar yang baik untuk anak dan jadi sahabatnya dia. Cuma masih susaj nih. Masih belajar
ReplyDeletePunya anak yang beranjak remaja alias ABG emang masa yang seru. GGS alias gampang-gampang susah dihadapi yaa. Mesti tarik ulur kayak layangan, heheh.
ReplyDeleteanak perempuan berasa banget, sensi nya dimulai sejak ia masuk usia menstruasi
ReplyDeletetadinya dia bersahabat sama papanya, sekarang musuhan berat, dan aku ga tau kenapa, yang kulakukan cuman menengahi dan sesekali juga memperingatkan dengan keras
Kalau saya kunci komunikasi yang lancar dengan anak yaitu sopan dan lembut. Kalau ngegas dikit auto baper baik saya maupun anaknya haha. Itulah pengen punya stok sabar yang buanyaaaak dan berlimpah.
ReplyDeleteKarena anakku laki-laki dan masih kecil jadi dari sejak dia masuk sekolah sudah mulai saya ajarkan harus terbuka sama budanya. Sampai sekarang dia jadi sering bercerita tentang apa yang terjadi diluar rumah. Memang komunikasi itu sangat penting sekali antara ibu dan anak.
ReplyDeletesetuju , komunikasi adalah kunci, kurasa bukan hanya untuk anak perempuan ya, anak laki-laki juga, meski pendekatannya berbeda...Anakku 15 dan 10 tahun , keduanya laki-laki, jadi sekarang juga di fase remaja dan pra remaja, ya gitu sering ngobrol yang diselipi nasihat, tapi ga menggurui sifatnya.
ReplyDeleteSemoga kita bisa membekali nilai-nilai kebaikan untuk anak-anak ya Mbak
Saya juga pengen banget bisa jadi sahabat anak... Semoga Allah selalu memberi petunjuk untuk kita ya :)
ReplyDeleteAh idem mbak, kekhawatiranku juga nih, walau anak cewekku masih 5 tahun tapi ngeyel2nya tuh bikin gemes, kalau udah pra remaja gmn ya apa aku bisa didiknya dll. Bener2 kudu bikin anak deket ma kita ya mbak supaya mau cerita apa aja ke kita.
ReplyDeleteAnaknya sudah besar ya mbak cantik begini ..anak aku masi 2taun jadi kepengen anak aku cepet dewasa gini
ReplyDeleteNoted banget nih. Soalnya anak aku jg perempuan dan yaaa.. Kadang kalo kami ngobrol itu keduanya pakai emosi. Beda kan sama lelaki yg pola pikirnya cenderung realistis n gak kebawa emosi
ReplyDeleteHmm sepertinya koentji ini juga yg dipakai Mamahku ke 4 anak perempuannya, karena kami semua dekat sama Mamah dan senang banget cerita2 apa aja.
ReplyDeleteWah iya ya mbak, sebagai ibu tuh harus pandai menempatkan diri untuk anaknya. Saya di usia 11 tahun sudah tinggal terpisah dengan ibu, jadi saya tidak bisa terbuka apa yang saya alami ke ibu.
ReplyDeleteAnakku masih kecil sih, cowo pula. Jadi blom punya pengalaman untuk komunikasi dg remaja perempuan. Tapi kalau inget2 jaman aku remaja dulu, ibuku tuh selalu jadi tempat curhat buat aku. Lebih nyaman aja ketimbang cerita ama temen seumuran karena nggak mungkin bocor kemana2 rahasianya.
ReplyDeleteAku belum punya anak. Namun ini ilmu bagus buat bekalku ke depan kelak
ReplyDeleteTerimakasih telah berkunjung, berikan komentar yuk. Eh tapi saya mohon jangan masukkan link hidup yah, atau saya delete :)